Kamis, 06 Oktober 2011

JURNAL PEMANTAUAN EKONOMI INTERNASIONAL

Desember 2009

Overview
Perkembangan Ekonomi Inernasional dan Risiko Carry Trade
Bahayu Purnomo & Parjiono
Special Issue
Menuju Implementasi Chiang Mai
Initiative Multilateralisation (CMIM)
Dahyono


Perkembangan Ekonomi Internasional dan Risiko Carry Trade


Perkembangan ekonomi dunia dalam bulan Desember dilingkupi dengan bernagai sentiment baik positif maupun negatif. Berbeda dengan bulan November yang relative lebih positif, beberapa informasi negatif membuat bulan Desember menjadi bulan koreksi pada beberapa Indikator.

Kondisi Pasar AS
Departemen perdagangan AS melaporkan pertumbuhan ekonomi lebih rendah dari perkiraan selama kuartal III. Sektor industri AS telah merasakan dampak krisis global telah membuat banyak industri AS mengalami kebangkrutan. Industrial Production AS sempat mengala,I kontraksi terus menerus selama tahun 2008. memasuki semester II 2009, industrial production mulai membaik dengan mulai banyaknya indicator pemulihan dunia.
Dari sisi konsumsi, indicator belanja masyarakat AS juga telah menunjukan perbaikan. Adanya aktifitas liburan dan natal telah meningkat kan penjualan retail AS sebesar 1,3%, dibandingkan bulan sebelumnya.
Secara umum dapat disampaikan bahwa ekonomi AS mulai menunjukan indikasi positif, namun dengan beberapa risiko yang melingkupi, erutama masih tingginya pengangguran dan besarnya defisit.

Perkembangan Harga Komoditas Dunia
Pergerakan komoditas dunia pada bulan Desember menunjukkan adanya pelemahan seiring menguatnya mata uang USD. Kenaikan harga-harga komodity pada bulan November lebih didorong pada pelemahan USD yang membuat harga komoditas relatif lebih murah. Menguatnya nilai tukar USD pada bulan Desember menghentikan kenaikan ini.

Perkembangan Pasar Saham Dunia
Selama bulan Desember, perkembangan index saham tidak sepesat bulan November. Perkembangan index saham selama bulan desember (per 21 desember) hanya mencapai 0,59% pada periode sebelumnya mencapai 3,87%.

Risiko Perkembangan Pasar Saham Dunia
Pasar saham dunia telah naik cukup tinggi selam tahun 2009, berbagai indicator ekonomi positif telah membuat investor yakin akan perkembangan recovery ekonomi. Mulai kembali berinvestasinya investor dipasar saham membuat index saham dunia naik secara signifikan
Carry trade adalah dimana investor meminjam dana pada suatu mata uang tertentu yang mempunyai suku bunga rendah, untik kemudian menanamkan dana tersebut pada instrument lain dinegara lain dengan mata uang yang berbeda, sehingga menghasilkan keuntungan yang lebih berat.
Carry Trade telah menyebabkan aliran dana yang cukup besar dari negara maju, khususnya AS ke EM dan menyebabkan rally pada asset dinegara-negara tersebut. Dan menyebabkan adalah kembalinya aliran modal ke negara maju(capital flight) yang terjadi antara lain melalui penjualan kepelmilikan saham oleh para investor asing.

Kebijakan yang perlu diambil.
Melihat potensi dampak yang diakibatkan oleh carry trade, perhatian serius perlu diberikan,agar dampak buruk dari bubble burst dapat dihindari. Capital outflow harus dapat dihindari, karena mempengaruhi kestabilan perekonomian. Hal ini karena pemindahan dana secara cepat umumnya terjadi pada dana asing yang berada pada instrument investasi yang tergolong likuid, seperti pasar saham. Salah satu cara untuk meredam keluarnya investasi asing pada jenis investasi ini adalah dengan mengupayakan perpindahan dana dari yang bersifat hot money (pasar saham-jangka pendek) kepada investasi yang memiliki jangka waktulebih panjang, misalnya investasi langsung (Foreign Direct Investement). Jika pemerintah dapat mendorong perpindahan investasi asing dari saham ke investasi yang sifatnya lebih riil, mak risiko Bubble burst dapat dihindari.

Special Issue
Menuju Implementasi Chiang Mai Initiative Multilateration (CMIM)

Bertolak dari pengalaman dalam mengatasi dampak krisis ekonomi tahun 1997-1998, para Menteri Keuangan ASEAN+3 berinisiatif untuk meningkatkan kemandirian wilayah Asia Timur dengan membentuk Chiang Mai Initiative (CMI) pada tanggal 6 Mei 2000. CMI berisi persetujuan untuk membentuk suatu mekanisme pengaturan keuangan regional sebagai suplemen terhadap fasilitas financial arrangement yang dsediakan lembaga keuangan internasional seperti International Monetary Fund (IMF) dan penciptaan kerjasama Bilateral Swap Arrangements (BSA) diantara negara-negara ASEAN+3
Pada perkembangannya, inisiatif tersebut diamandemen dengan mengadopsi prosedur pengambilan keputusan secara bersama pada proses aktifasi swap dan mengembangkan BSA yang sifatnya bilateral menjadi Multirateral. Tujuan pembentukan CMIM mengadopsi tuuan dalam BSA yaitu memberikan bantuan likuiditas jangka pendek bagi negara anggtota yang terkena krisis dan sebagai pelengkao fasilitas bantuan keuangan internasional yang sudah ada.
Krisis global yang melanda dunia sejak tahun 2008 mendorong para Menteri Keuangan ASEAN+3 untuk dapat segera mengimplementasikan CMIM sebagai upaya mitigasi krisis. Pada tanggal 21-24 Desember 2009, 13 Menteri Keuangan dan 13 Gubernur Bank Sentral ASEAN+3 serta Gubernur Hongkong Monetary Authority (HKMA) telah melakukan penandatanganan CMIM Agreement melalui exof signature. CMIM akan berlaku efektif 90 hari setelah ditandatanganinya perjanjian tersebut.
Keberadaan CMIM sebagai regional self-help mechanism menunjukkan bahwa negara-negara ASEAn+3 mempunyai tekad yang kuat untuk berupaya menolong dirinya sendiri dalam mengantisipasi terjadinya krisis sebelum mencari bantuan kepada pihak lain.
Di Indonesia, CMIM merupakan precautionary measure (fasilitas untuk berjaga-jaga) yang dapat di-drawdown (ditarik) apabila diperlukan. Keputusan untuk menarik keputusan tersebut akan dilakukan setelah sebelumnya berupaya memperoleh sumber pembiayaan dari pasar serta melalui evaluasi dan assessment mengenai kondisi ekonomi dan keuangan yang dialami.
Setelah CMIM dapat diimplementasikan secara penuh, beberapa hal layak diperimbangkan antara lain:
- penyerderhanaan proses aktivasi
- percepatan disbursement
- pelonggaran persyaratan

SUMBER : www.google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar