Jumat, 30 November 2012

TANGGAPAN TERHADAP SALAH SATU KASUS FRAUD



Selama Mei 2012
BI: Kerugian Kasus Fraud Capai Rp2,37 Miliar
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat pada Mei 2012 terdapat 1.009 kasus fraud yang dilaporkan, dengan nilai kerugian mencapai Rp2,37 miliar. Jenis fraud yang paling banyak terjadi adalah pencurian indentitas dan Card Not Present (CNP) yaitu masing-masing sebanyak 402 kasus dan 458 kasus dengan nilai kerugian masing-masing mencapai Rp1,14 miliar dan Rp545 juta yang dialami oleh penerbit.
"Kita sadari jumlah kejahatan terbesar dalam layanan perbankan elektronik ada pada alat pembayaran menggunakan kartu terutama penggunaan kartu kredit," kata Deputi Gubernur BI Ronald Waas, saat membuka Seminar Nasional Pencegahan dan Penanganan Kejahatan pada Layanan Perbankan Elektronik, di Gedung BI, Jakarta, Kamis (5/7/2012) Berdasarkan data Mastercard, peringkat fraud Indonesia berada pada posisi kedua terendah dibandingkan dengan negara lain di Asia Pasifik. Sedangkan berdasarkan data Visa, peringkat fraud Indonesia berada pada posisi ketiga terendah dibandingkan dengan negara asia lain di Asia Tenggara jauh di bawah Singapura dan Malaysia. "Perhitungan ini diperoleh berdasarkan nilai fraud dengan total nilai transaksi dalam periode perhitungan," jelasnya.

Ilustrasi. (Foto: Koran SI)
Sementara itu, berdasarkan kajian yang dilakukan Indonesia Security Inciudent Response Team on Internet Infrastructure, ada beberapa titik rawan dalam keamanan dan kasus kejahatan terkait layanan perbankan elektronik di Indonesia, seperti kerawanan prosedur perbankan.
"Lemahnya proses identifikasi dan validasi calon nasabah sehingga mudah untuk dilakukan pemalsuan identitas," ujarnya singkat.
Selain itu, ada kerawanan fisik, kartu ATM yang digunakan bank saat ini jenisnya magnetic stripe card yang tidak dilengkapi pengaman chip sehingga skimming PIN mudah dilakukan. Kerawanan aplikasi dan kerawanan perilaku dan kerawanan regulasi dan kelemahan penegakan hukum.
Lebih lanjut, Ronald mengatakan penggunaan chip pada kartu ATM atau debit juga sudah mulai digagas dan selambat-lambatnya dilakukan pada akhir 2015. Di sisi lain, penggunaan enam digit PIN pada akhir 2014 mendatang. "Kajian, sudah pasti empat dan enam digit lebih susah nebak yang enam digit kan. Kita musti kombinasinya lebih banyak dibanding empat digit," tukas dia. (Iman Rosidi/Sindoradio/ade).

SUMBER ARTIKEL :
diunduh tanggal 24 november 2012, 15.45 WIB
 
Dari arikel kasus fraud diatas pendapat yang dapat saya berikan yakni,
Inti masalah terjadi nya kasus fraud yang menyerang dunia perbankan Indonesia adalah pemalsuan identitas dan kerawanan penggunaan kartu ATM. Jika hal ini berlangsung terus menerus walaupun pada saat ini peringkat fraud Indonesia berada pada posisi kedua terendah dibandingkan dengan negara lain di Asia Pasifik dan berdasarkan data Visa, peringkat fraud Indonesia berada pada posisi ketiga terendah dibandingkan dengan negara asia lain di Asia Tenggara jauh di bawah Singapura dan Malaysia, apabila kejahatan fraud terus berlangsung dan tidak ada perkembangan penanganan serta pencegahan kerugian yang dialami akan semakin besar dan bisa juga tidak dapat dikendalikan lagi.
Hal yang dapat dilakukan untuk menangani atau mengurangi kasus fraud ini menurut pendapat saya adalah dilakukan beberapa pengendalian oleh perusahaan dan menugaskan kepada auditor untuk mengevaluasinya. Pengendalian yang dapat dilakukan antara lain pengendalian biometric dan pengendalian enkripsi.
Peralatan biometric merupakan autentikasi penggunaan yang mengukur berbagai karakteristik pribadi, seperti sidik jari, suara, retina, atau karakteristik tanda tangan. Karakteristik pengguna ini dibuat dalam bentuk digital. Jadi ketika seseorang berusaha mengakses basis data, alat pemindai khusus akan menangkap karakteristik biometriknya dan membandingkan dengan data yang disimpan dalam file atau kartu ID. Lalu tugas auditor selanjutnya adalah mengevaluasi biaya dan manfaat dari pengendalian biometric.
Sedangkan enkripsi data menggunakan algoritme mengacak data tertentu, sehingga tidak bisa dibaca oleh penyusup yang sedang “menjelajahi” basis data. Tugas auditor dalam pengendalian enkripsi adalah memverifikasi bahwa data yang sensitif seperti kata sandi, dienkripsi dengan baik.
Hal lain yang dapat dilakukan adalah melengkapi pengaman chip pada setiap kartu ATM sehingga skimming PIN sulit dilakukan, serta lebih memperhatikan dan memperkuat proses identifikasi dan validasi calon nasabah agar pemalsuan identitas tidak terjadi.