Jumat, 21 Oktober 2011

about me

Pratiwi Hanum, lahir di Jakarta tanggal 18 Mei 1991, sejak tahun 2009 sampai tahun 2011 ini menjadi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma, Jakarta, Jurusan Akuntansi. Sebelumnya juga mengenyam pendidikan Taman kanak-kanak di TK Nur’Umiyah, Sekolah Dasar di SDN 01 Pagi Kemayoran dan SDN Pejuang VII, Sekolah Menengah Pertama di SMPN 19 Bekasi, Sekolah Menengah Atas di SMA Taman Harapan. Saat duduk dibangku taman kanak-kanak sampai sekolah dasar tingkat dua tinggal di Jakarta Pusat, setelah itu pindah ke Bekasi Barat, Harapan Indah.
Prestasi yang didapat selama ini adalah mendapatkan peringkat kelas saat di SMP dan SMA. Saat duduk dibangku Sekolah Menengah Atas di SMA Taman Harapan – Bekasi, mendapatkan piagam penghargaan sebagai “Siswa terbaik dalam bidang akademik pada Ujian Nasional dan Ujian Sekolah SMA Taman Harapan tahun pelajaran 2008-2009.
Karena saat duduk dibangku Sekolah Menengah Atas mengambil jurusan IPA, cita-cita saya pertama kali setelah lulus SMA adalah mengambil akademi keperawatan untuk menjadi perawat di salah satu rumah sakit. Akan tetapi cita-cita ini tidak dapat tercapai karena factor fisik dan ekonomi yang dimana biaya pendidikan keperawatan cukup tinggi. Lalu setelah itu mencari-cari lagi pendidikan apa yang harus diambil, pernah terlintas untuk mengambil pendidikan jurusan “Hubungan Internasional” tetapi hal tesebut juga tidak bisa tercapai.
Setelah membaca beberapa koran di bagian lowongan pekerjaan ternyata cukup banyak perusahaan yang mencari tenaga kerja Accounting, sejak saat itulah mulai tertarik dengan ilmu Akuntansi sehingga sekarang ini menjadi mahasiswa jurusan Akuntansi di Universitas Gunadarma. Pada akhir semester 1 mendapat tawaran dari pihak kampus untuk mengambil program SARMAG, karena alasan biaya yang hampir mencapai seratus juta untuk mengenyam program SARMAG tersebut maka tawaran itu dengan rasa sedikit kecewa ditolak.
Saat ini pada semester kelima saya menjadi Asisten di Laboratorium Manajemen Dasar. Alasan saya untuk menjadi asisten laboratorium adalah untuk mendapatkan pengalaman dan ingin merasakan bagaimana mendapat penghasilan sendiri walaupun tidak besar.
Harapan saya saat ini adalah lulus kuliah sebagai Sarjana tepat waktu dengan hasil yang memuaskan dan mendapatkan pekerjaan yang yang cukup kompeten di perusahaan besar. Saya tahu untuk mencapai harapan tersebut akan mendapatkan kendala, terutama kendala dari diri sendiri yang terkadang sifat pemalas saat belajar sering timbul dan kurang fasih dalam berbahasa inggris. Saya harus menekan kendala tersebut seminimal mungkin agar harapan yang saya cita-citakan tercapai dengan membanggakan

PENERAPAN PSAK NO. 16 TERHADAP AKTIVA TETAP TANAMAN MENGHASLKAN BUDIDAYA COKLAT PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II ( PERSERO)TANJUNG MORAWA KEBUN MARYKE

SAHNIDAR

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

NARUMONDANG BULAN SIREGAR

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara



ABSTRACT





This research aims to know describing briefly about applying of PSAK No.16 on productive plant of cacao cultivation at PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Tanjung Morawa, Maryke Plantation.

In this research, the writer used descriptive method which datas are analysed by collected, arranged to find out complete and useful information, entitled “Applying of PSAK No.16 on Productive Plant of Cacao Cultivation at PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Tanjung Morawa, Maryke Plantation”. Datas which collected are primary and secondary datas, using some technics in its collecting such as interview and documentation.

The result of this research shows a conclusion that Productive Plant of PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Tanjung Morawa, Maryke Plantation is classified in to Asset that refers to PSAK No.16 and Bappepam No. SE-02/PM/2002.





Keyword : Applyingof PSAK No.16, Productive plant.





1. Pendahuluan



Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya memerlukan faktor-faktor produksi yang dapat digunakan untuk menghasilkan output berupa barang maupun jasa. Salah satu faktor produksi tersebut adalah aktiva tetap, dimana nilainya cukup material dalam rangka menunjang kelancaran kegiatan perusahaan untuk pencapaian tujuan. Untuk mencapai tujuan ini manajemen sebagai pihak yang diberi hak dan tanggung jawab harus menguasai faktor-faktor produksi yang diramu seperti manusia, material dan metode. Proses ini dimaksudkan untuk menghasilkan penerimaan kas melalui penjualan produksi tersebut yang menjadi salah satu sumber dana utama bagi pelaksanaan kegiatan perusahaan.

Mengingat pentingnya peranan aktiva tetap tanaman menghasilkan dalam mencapai tujuan perusahaan, maka sangat diperlukan Penerapan PSAK No.16 terhadap aktiva tetap tanaman menghasilkan yang meliputi harga perolehan, metode penyusutan aktiva tetap terhadap tanaman menghasilkan dan penyajiannya dalam laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku. Beberapa penerapan akuntansi yang menawarkan beberapa alternatif yang dapat dipilih salah satunya, misalnya metode penyusutan aktiva tetap. Penerapan metode penyusutan garis lurus atau metode unit produksi pada tanaman menghasilkan akan memberikan pengaruh yang berbeda bagi perusahaan karena mempengarui nilai bersih aktiva tetap disatu sisi dan mempengaruhi laba perusahaan disisi lain. Hal ini perlu menjadi perhatian manajemen dalam menetapkan metode yang dipilih sehingga tidak menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan dimasa yang akan datang. Berdasarkan uraian-uraian diatas penulis tertarik untuk membahas masalah tersebut dalam bentuk skripsi dengan judul “Penerapan PSAK No. 16 terhadap Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan Budidaya Coklat pada PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Tanjung Morawa Kebun Maryke”



2. Tinjauan Pustaka

2.1 Pengertian Aktiva Tetap

Menurut Surat Edaran Badan Pengawas Pasar Modal (2002 : 21)

Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai baik melalui pembelian maupun dibangun lebih dahulu yang digunakan dalam kegiatan usaha perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.

Menurut Mulyadi (2002:110) : “ Aktiva tetap adalah kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual”.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007) adalah : “Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau dengan tujuan administratif, dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode”.

2.2 Penggolongan Aktiva Tetap

Penggolongan aktiva tetap berdasarkan umur, disusutkan atau tidak disusutkan dapat digolongkan sebagai berikut:

1) Berdasarkan umur aktiva tetap dibedakan atas aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas dan aktiva tetap yang umurnya terbatas, yaitu sebagai berikut:

a) Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas

Aktiva tetap ini tidak perlu dilakukan penyusutan terhadap harga perolehan, karena pada dasarnya nilai dari aktiva ini tidak akan menurun sekalipun umurnya bertambah, misalnya : tanah.

b) Aktiva tetap yang umurnya terbatas

Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa manfaatnya bisa diganti dengan aktiva yang sejenis. Misalnya : tanaman coklat, apabila sudah habis masa manfaatnya maka bisa diganti lagi dengan tanaman coklat. Untuk aktiva ini dilakukan penyusutan terhadap harga perolehannya.

2) Berdasarkan perlakuan aktiva tetap dibedakan berdasarkan disusutkan atas

tidak disusutkan.

a) Aktiva tetap yang disusutkan, setiap periodenya karena diasumsikan aktiva tersebut akan mengalami penurunan kemampuan untuk memberikan jasanya. Misalnya : kendaraan, mesin, peralatan

b) Aktiva tetap yang tidak disusutkan, setiap periodenya karena diasumsikan aktiva tersebut tidak mengalami penurunan kemampuan dalam memberikan jasanya. Misalnya : Tanah.

3) Berdasarkan jenisnya aktiva tetap dibedakan atas tanah, bangunan,

peralatan, mesin-mesin, perkakas, perabot dan kendraan.

a) Tanah adalah lahan tempat perusahaan untuk melakukan kegiatan usaha, misalnya sebagai tempat bangunan, parkir, dan lain-lain. Tanah memiliki umur tidak terbatas, tanah tidak mengalami proses keausan, kerusakan sehingga tidak perlu dilakukan penyusutan. Berbeda dengan hak atas tanah, dimana hak atas tanah harus disusutkan karena hak atas tanah ini memiliki masa pakai. Diatas tanah terdapat kekayaan alam seperti minyak bumi, maka pencatatannya juga harus dibuat terpisah

b) Bangunan, adalah harta yang dimiliki perusahaan yang biasanya digunakan sebagai kantor, pabrik, toko dan lain-lain

c) Peralatan, adalah harta perusahaan yang meliputi alat-alat perlengkapan yang digunakan dalam operasi perusahaan yang meliputi alat-alat perlengkapan seperti peralatan kantor, pabrik, peralatan laboratorium dan lain-lain

d) Mesin-mesin, adalah aktiva tetap perusahaan berupa alat-alat yang digunakan untuk menjalankan operasi perusahaan berupa proses produksi maupun yang digunakan untuk kelancaran usaha sehari-hari seperti: mesin pabrik, pembangkit tenaga listrik dan lain-lain

e) Perkakas, adalah aktiva tetap perusahaan berupa alat-alat kecil yang digunakan untuk kegiatan produksi yang ada pada umumnya mempunyai nilai relatif kecil dan umur pendek, misalnya : martil, obeng, alat pelubang dan lain-lain

f) Perabot, adalah aktiva tetap perusahaan yang biasanya terdapat dibagian kantor : meliputi : meja, kursi, dan lain-lain

g) Kendaraan, yaitu alat transportasi yang dipergunakan perusahaan untuk membantu kegiatan usahanya yaitu : truk , pick up, bus, gerobak dan lain-lain.

2.3 Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan

Menurut Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal ( No. SE-02/ PM/2002:3) menyatakan bahwa “Tanaman Menghasilkan adalah tanaman keras yang dapat dipanen lebih dari satu kali yang telah menghasilkan secara komersial”.

Menurut Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal ( No. SE-02/ PM/2002:20) menyatakan bahwa tanaman perkebunan terdiri dari tanaman menghasilkan dan tanaman belum menghasilkan.

a. Tanaman Menghasilkan, tanaman ini termasuk kedalam tanaman keras dan dapat dipanen lebih dari satu kali yang telah menghasilkan secara komersial dan dicatat sebesar biaya perolehannya yaitu semua biaya-biaya yang dikeluarkan sampai tanaman tersebut dapat menghasilkan. Tanaman telah menghasilkan disajikan sebesar biaya perolehan dikurangi dengan akumulasi deplasi. Tanaman kakao mulai menghasilkan + 48 bulan sesudah ditanam di lapangan. Tanaman ini dapat hidup secara ekonomis antara 25 – 30 tahun.

b. Tanaman Belum Menghasilkan, tanaman ini dapat dipanen lebih dari satu kali dimana tanaman ini dicatat sebesar biaya-biaya yang terjadi sejak saat penanaman sampai saat tanaman tersebut siap untuk menghasilkan secara komersial. Biaya tersebut antara lain terdiri dari biaya persiapan lahan, penanaman, pemupukan dan pemeliharaan. Pada saat tanaman siap untuk menghasilkan maka direklasifikasikan menjadi tanaman telah menghasilkan. Tanaman kakao belum menghasilkan berumur dari 0 s/d 4 bulan sesudah ditanam dilapangan

2.4 Cara dan Penentuan Harga Perolehan Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan.

Standar Akuntansi Keuangan (2004:16.5) yang menyatakan bahwa :Biaya perolehan suatu aktiva tetap terdiri dari harga belinya, termasuk Bea Impor dan PPN masukkan tak boleh restitusi (non refundable),dan setiap biaya yang dapat di distribusikan secara langsung dalam membawa aktiva tersebut ke kondisi yang membuat aktiva tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan, setiap potongan dagang dan rabat dikurangkan dari harga pembelian

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004:16.5) “ Biaya perolehan suatu aktiva yang dikonstruksi sendiri ditentukan menggunakan prinsip yang sama seperti suatu aktiva yang diperoleh. Yaitu harga perolehan aktiva tetap yang dibangun sendiri meliputi seluruh biaya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aktiva tersebut hingga siap digunakan.”


2.5 Metode Penyusutan Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan


1) Berdasarkan waktu

a) Metode Garis Lurus (Straight Line Method)

Dengan menggunakan metode garis lurus, maka besarnya beban penyusutan tiap tahun adalah tetap, sehingga secara periodik beban ini dikelompokkan sebagai biaya tetap yang tidak dapat dipengaruhi selama masa manfaat.

Beban penyusutannya menurut metode ini dihitung sebagai berikut:





D = Beban penyusutan

C = Harga pokok aktiva

S = Nilai residu

n = Umur ekonomis


b.) Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of The Year Digit Method)

Dalam metode ini, beban penyusutan pada mulanya tinggi dan seterusnya akan menurun. Beban penyusutan dihitung dengan cara menjumlah semua angka (digit) umur aktiva tersebut. Misalnya aktiva yang mempunyai masa manfaat 4 (Empat) tahun dihitung sebagai berikut :


Total digit : 4 + 3 + 2 + 1 = 10 atau dengan rumus :
Maka D =

c) Metode Saldo Menurun / Saldo Menurun Ganda (Declining/ Double Balance Method)



( a) Metode Saldo Menurun, dalam metode ini beban penyusutan dihitung dengan persentase tertentu yang dikalikan dengan nilai bukunya. Beban penyusutan makin lama makin mengecil. Persentasenya dapat dihitung dengan rumus :









Dimana :

r = Tarif Penyusutan

n = Estimasi umur dalam tahun

S = Nilai sisa

C = Harga Perolehan Aktiva



(b) Metode Saldo Menurun Ganda (Double Declining Balance Method),

dalam metode ini penyusutan juga dihitung dengan persentase yang tetap. Persentase dihitung dengan cara menggandakan persentase penyusutan menurut straight line method.

2.6 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masala tertentu. Kerangka konseptual menggambarkan jaringan hubungan antar variable secara logis diterangkan, dikembangkan dan dielaborasi dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi. Adapun Kerangka Konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :



Kerangka Konseptual


PSAK No.16 merupakan PSAK yang secara khusus membahas tentang Standar Akuntansi Keuangan aset tetap. PTPN II (Persero) Kebun Maryke sebagai objek dalam penelitian ini. Penelitian ini membahas tentang penerapan PSAK No.16 terhadap aktiva tetap tanaman menghasilkan budidaya coklat pada PTPN II (Persero) Kebun Maryke. Selanjutnya pembahasan dibatasi mengenai hal-hal berikut ini :

1. harga perolehan tanaman menghasilkan,

2. penyusutan tanaman menghasilkan,

3. penyajiannya di neraca.

Penerapan PSAK No. 16 terhadap akuntansi aktiva tetap tanaman menghasilkan dibandingkan dengan penerapan akuntansi berdasarkan PTPN II (Persero) Kebun Maryke untuk menjawab perumusan masalah yang merupakan tujuan penelitian. Hasil analisa ini kemudian dirangkum dalam kesimpulan, selanjutnya peneliti memberi saran bagi pihak terkait sehubungan dengan hasil analisa dan kesimpulan.


3. Metode Penelitian



Penelitian yang dilakukan adalah berbentuk deskriptif, dimana penulis mengumpulkan data-data yang berasal dari perusahaan yaitu struktur organisasi perusahaan, neraca dan daftar aktiva tetap perusahaan untuk selanjutnya menguraikannya secara keseluruhan. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Tanjung Morawa Kebun Maryke yang nantinya akan diteliti yaitu daftar aktiva tetap perusahaan, Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber yang terdokumentasi di perusahaan, antara lain data mengenai sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi dan laporan keuangan, sedangkan teknik pengumpulan data adalah Teknik wawancara, yaitu dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan pihak perusahaan khususnya bagian akuntansi yang sesuai dengan masalah yang diteliti dan Dokumentasi, yaitu dengan melakukan pengamatan melalui dokumen yang berkaitan dengan akuntansi aktiva tetap pada perusahaan yang diteliti, metode penelitian menggunakan Metode Deskriptif, yaitu dengan cara mengumpulkan, menyusun dan mengklasifikasikan data yang diperoleh kemudian diinterprestasikan dan dianalisis sehingga memberikan informasi yang lengkap.


4. Hasil Penelitian



Berdasarkan metode penelitian dan teknik pengumulan data tentang akuntansi tanaman menghasilkan budidaya coklat dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Pencatatan harga perolehan tanaman menghasilkan adalah berdasarkan seluruh pengeluaran yang dilakukan perusahaan mulai pengadaan kebun pembibitan, dan biaya lainnya hingga tanaman menjadi tanaman menghasilkan. Adapun biaya tanaman yang menjadi dasar pencatatan perolehan aktiva tetap tanaman menghasilkan meliputi biaya gaji dan sosial pegawai, ganti rugi atas tanah, persiapan dan pembukaan tanah, jalan dan saluran air, upah menanam, bibit, pemberantasan lalang, pemberantasan hama dan penyakit, bahan kimia untuk pemberantasan hama dan penyakit, upah memupuk dan pupuk. Secara sederhana harga perolehan ini diperoleh dari akhir nilai buku tanaman belum menghasilkan.

2. Penyusutan aktiva tetap tanaman menghasilkan milik PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Tanjung Morawa Kebun Maryke adalah dengan menggunakan Metode Garis Lurus (straight line method) dimana besarnya beban penyusutan tiap tahun adalah tetap, sehingga secara periodik beban ini dikelompokkan sebagai biaya tetap yang tidak dapat dipengaruhi selama masa manfaat. Pemilihan metode penyusutan ini kurang tepat, karena kurang rasional.

3. Penilaian aktiva tetap tanaman menghasilkan di neraca didasarkan pada nilai buku aktiva tetap yaitu harga perolehan aktiva tetap tanaman menghasilkan dikurangi akumulasi penyusutannya. Hal ini sudah sesuai dengan Standard Akuntansi Keuangan.

4. Bila aktiva tetap tanaman menghasilkan sudah berakhir masa manfaatnya, maka akan dilakukan pelepasan atau penarikan terhadap aktiva tersebut. Pelepasan terhadap aktiva tetap dapat dilakukan dengan cara mendebit akumulasi penyusutan aktiva tetap tanaman menghasilkan dan mengkredit akun aktiva tetap tanaman menghasilkan.

5. Penyajian aktiva tetap tanaman menghasilkan pada neraca PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Tanjung Morawa Kebun Maryke disajikan berdasarkan nilai buku tanaman menghasilkan tersebut yaitu harga perolehan tanaman menghasilkan dikurangi dengan akumulasi penyusutannya


5. Kesimpulan dan Saran



5.1 Kesimpulan



Berdasarkan hasil penelitian ini, data disimpulkan bahwa Pada PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Tanjung Morawa Kebun Maryke mempunyai tanaman menghasilkan yaitu coklat, dimana tanaman menghasilkan tersebut digolongkan kedalam aktiva tetap. Tanaman menghasilkan pada PTPN II (Persero) Kebun Maryke telah sesuai dengan PSAK No.16 dan BAPPEPAM No. SE-02/PM/2002. Tanaman menghasilkan tersebut diperoleh dengan cara membangun sendiri.



5.2 Saran

Berdasarkan hasil analisa yang penulis lakukan serta kesimpulan yang dibuat atas kebijaksanaan akuntansi aktiva tetap tanaman menghasilkan yang diterapkan perusahaan, penulis akan memberi saran yang kiranya dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Hendaknya perusahaan memiliki bagian khusus yang menangani masalah aktiva tetap, yang tujuannya untuk menghindari adanya penyelewengan-penyelewengan terhadap penggunaan, pengelolahan dan penyimpanan terhadap aktiva tetap tersebut.

2. Aktiva tetap tanaman menghasilkan yang telah berakhir masa manfaatnya seharusnya dilakukan penilaian kembali.

3. Diadakannya perlindungan atas aktiva tetap tanaman menghasilkan dalam bentuk asuransi.

4. Sebaiknya perusahaan menggunakan metode penyusutan untuk tanaman menghasilkannya yaitu dengan metode unit produksi, karena dengan menggunakan metode ini beban penyusutan setiap tahun akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan jumlah produksi yang diperoleh pada tahun-tahun yang bersangkutan. Sedangkan metode garis lurus beban penyusutannya tetap dari tahun ke tahun, tidak sesuai dengan perubahan jumlah produksi yang diperoleh dari tahun-tahun bersangkutan.

REFERENCES

Brigham, F.Eugene, J.F. Houston, 1996, Manajemen Keuangan, Edisi Kedelapan, Buku kedua, Terjemahan Dodo Suharto, Herman Wibowo : Editor, Yati Sumiharti, Wisnu Chandra Krishaji, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Bahri, Syamsul 2007. Mencari Metode Penyusutan Aktiva Tetap yang Sesuai bagi Industri Kelapa Sawit, Jurnal Lembaga Pendidikan Perkebunan, Medan.
Erlina, Sri Mulyani, 2007. Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Cetakan Pertama, USU Press, Medan
Harahap, Sofyan Syafri, 2001. Teori Akuntansi, Edisi Revisi,Cetakan Pertama PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Hasibuan, Akmaludin, 2007. Karakteristik Agribisnis Perkebunan dan Praktek Perlakuan Akuntansi dan Penyajian Informasi Keuangan, Jurnal Lembaga Pendidikan Perkebunan. Medan
Ikatan Akuntan Indonesia, 2007. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi pertama. Cetakan pertama, Buku I, BPFE, Yogyakarta
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2004. Buku Petunjuk Teknik Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi, Fakultas Ekonomi , Universitas Sumatera Utara,, Medan
Kieso, Donald E, Jerry, J, Weygandt, Terry D. Warfield, 2002. Akuntansi Intermediate,,Edisi Kesepuluh, Cetakan Pertama, Buku I, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Kuncoro, Mudrajad, 2003. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Penerbit Erlangga, Jakarta
Martono, Agus Harjito, 2001. Manajermen Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Penerbit Ekonisia, Yogyakarta
Mulyadi, 2001. Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Pertama, Buku I, Salemba Empat, Jakarta.
Niswonger, C. Rollin, Carl S. Warren, James M, Reeve dan Philip E. Fees, 1999, Accounting, Nineteenth edition, Edisi 19, Cetakan I, Jilid I, Alih Bahasa Alonus Sirait dan Hielda Gunawan, Prinsip-prinsip Akuntansi, Erlangga, Jakarta.
Setiawan, I. Guruh. 2007. Kebijakan Akuntansi Format dan Kandungan Informasi Keuangan Indusri Perkebunan, Jurnal Lembaga Pendidikan Perkebunan Medan.
Sundjaja, Ridwan, Inge barlian, 2002. Manajemen Keuangan, Edisi keempat, Cetakan Pertama, Buku 1, PT. Prenhallindo, Jakarta
Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No. SE-02 / PM / 2002.
Vademicum Kakao PTPN II, Instruksi No.041/Instr/3/1987.
Zubeirsyah, 2006. Bahasa Indonesia dan Teknik Penyusunan Karangan Ilmiah, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Universitas Sumatra Utara Press, Medan.

SUMBER : http://akuntansi.usu.ac.id/jurnal-akuntansi-39.html

Kamis, 06 Oktober 2011

JURNAL PEMANTAUAN EKONOMI INTERNASIONAL

Desember 2009

Overview
Perkembangan Ekonomi Inernasional dan Risiko Carry Trade
Bahayu Purnomo & Parjiono
Special Issue
Menuju Implementasi Chiang Mai
Initiative Multilateralisation (CMIM)
Dahyono


Perkembangan Ekonomi Internasional dan Risiko Carry Trade


Perkembangan ekonomi dunia dalam bulan Desember dilingkupi dengan bernagai sentiment baik positif maupun negatif. Berbeda dengan bulan November yang relative lebih positif, beberapa informasi negatif membuat bulan Desember menjadi bulan koreksi pada beberapa Indikator.

Kondisi Pasar AS
Departemen perdagangan AS melaporkan pertumbuhan ekonomi lebih rendah dari perkiraan selama kuartal III. Sektor industri AS telah merasakan dampak krisis global telah membuat banyak industri AS mengalami kebangkrutan. Industrial Production AS sempat mengala,I kontraksi terus menerus selama tahun 2008. memasuki semester II 2009, industrial production mulai membaik dengan mulai banyaknya indicator pemulihan dunia.
Dari sisi konsumsi, indicator belanja masyarakat AS juga telah menunjukan perbaikan. Adanya aktifitas liburan dan natal telah meningkat kan penjualan retail AS sebesar 1,3%, dibandingkan bulan sebelumnya.
Secara umum dapat disampaikan bahwa ekonomi AS mulai menunjukan indikasi positif, namun dengan beberapa risiko yang melingkupi, erutama masih tingginya pengangguran dan besarnya defisit.

Perkembangan Harga Komoditas Dunia
Pergerakan komoditas dunia pada bulan Desember menunjukkan adanya pelemahan seiring menguatnya mata uang USD. Kenaikan harga-harga komodity pada bulan November lebih didorong pada pelemahan USD yang membuat harga komoditas relatif lebih murah. Menguatnya nilai tukar USD pada bulan Desember menghentikan kenaikan ini.

Perkembangan Pasar Saham Dunia
Selama bulan Desember, perkembangan index saham tidak sepesat bulan November. Perkembangan index saham selama bulan desember (per 21 desember) hanya mencapai 0,59% pada periode sebelumnya mencapai 3,87%.

Risiko Perkembangan Pasar Saham Dunia
Pasar saham dunia telah naik cukup tinggi selam tahun 2009, berbagai indicator ekonomi positif telah membuat investor yakin akan perkembangan recovery ekonomi. Mulai kembali berinvestasinya investor dipasar saham membuat index saham dunia naik secara signifikan
Carry trade adalah dimana investor meminjam dana pada suatu mata uang tertentu yang mempunyai suku bunga rendah, untik kemudian menanamkan dana tersebut pada instrument lain dinegara lain dengan mata uang yang berbeda, sehingga menghasilkan keuntungan yang lebih berat.
Carry Trade telah menyebabkan aliran dana yang cukup besar dari negara maju, khususnya AS ke EM dan menyebabkan rally pada asset dinegara-negara tersebut. Dan menyebabkan adalah kembalinya aliran modal ke negara maju(capital flight) yang terjadi antara lain melalui penjualan kepelmilikan saham oleh para investor asing.

Kebijakan yang perlu diambil.
Melihat potensi dampak yang diakibatkan oleh carry trade, perhatian serius perlu diberikan,agar dampak buruk dari bubble burst dapat dihindari. Capital outflow harus dapat dihindari, karena mempengaruhi kestabilan perekonomian. Hal ini karena pemindahan dana secara cepat umumnya terjadi pada dana asing yang berada pada instrument investasi yang tergolong likuid, seperti pasar saham. Salah satu cara untuk meredam keluarnya investasi asing pada jenis investasi ini adalah dengan mengupayakan perpindahan dana dari yang bersifat hot money (pasar saham-jangka pendek) kepada investasi yang memiliki jangka waktulebih panjang, misalnya investasi langsung (Foreign Direct Investement). Jika pemerintah dapat mendorong perpindahan investasi asing dari saham ke investasi yang sifatnya lebih riil, mak risiko Bubble burst dapat dihindari.

Special Issue
Menuju Implementasi Chiang Mai Initiative Multilateration (CMIM)

Bertolak dari pengalaman dalam mengatasi dampak krisis ekonomi tahun 1997-1998, para Menteri Keuangan ASEAN+3 berinisiatif untuk meningkatkan kemandirian wilayah Asia Timur dengan membentuk Chiang Mai Initiative (CMI) pada tanggal 6 Mei 2000. CMI berisi persetujuan untuk membentuk suatu mekanisme pengaturan keuangan regional sebagai suplemen terhadap fasilitas financial arrangement yang dsediakan lembaga keuangan internasional seperti International Monetary Fund (IMF) dan penciptaan kerjasama Bilateral Swap Arrangements (BSA) diantara negara-negara ASEAN+3
Pada perkembangannya, inisiatif tersebut diamandemen dengan mengadopsi prosedur pengambilan keputusan secara bersama pada proses aktifasi swap dan mengembangkan BSA yang sifatnya bilateral menjadi Multirateral. Tujuan pembentukan CMIM mengadopsi tuuan dalam BSA yaitu memberikan bantuan likuiditas jangka pendek bagi negara anggtota yang terkena krisis dan sebagai pelengkao fasilitas bantuan keuangan internasional yang sudah ada.
Krisis global yang melanda dunia sejak tahun 2008 mendorong para Menteri Keuangan ASEAN+3 untuk dapat segera mengimplementasikan CMIM sebagai upaya mitigasi krisis. Pada tanggal 21-24 Desember 2009, 13 Menteri Keuangan dan 13 Gubernur Bank Sentral ASEAN+3 serta Gubernur Hongkong Monetary Authority (HKMA) telah melakukan penandatanganan CMIM Agreement melalui exof signature. CMIM akan berlaku efektif 90 hari setelah ditandatanganinya perjanjian tersebut.
Keberadaan CMIM sebagai regional self-help mechanism menunjukkan bahwa negara-negara ASEAn+3 mempunyai tekad yang kuat untuk berupaya menolong dirinya sendiri dalam mengantisipasi terjadinya krisis sebelum mencari bantuan kepada pihak lain.
Di Indonesia, CMIM merupakan precautionary measure (fasilitas untuk berjaga-jaga) yang dapat di-drawdown (ditarik) apabila diperlukan. Keputusan untuk menarik keputusan tersebut akan dilakukan setelah sebelumnya berupaya memperoleh sumber pembiayaan dari pasar serta melalui evaluasi dan assessment mengenai kondisi ekonomi dan keuangan yang dialami.
Setelah CMIM dapat diimplementasikan secara penuh, beberapa hal layak diperimbangkan antara lain:
- penyerderhanaan proses aktivasi
- percepatan disbursement
- pelonggaran persyaratan

SUMBER : www.google.com